FF/S/Nuna’s Diary (page 19-21)

= Nuna’s Diary =

Page: 19-21

Cast:

  • Nuna
  • Taemin

Genre: Family, Incest

= = =

“nuna apa itu?” tanya taemin tiba-tiba sambil menghampiriku.

Aku tersenyum lebar padanya.

“hadiah,” jawabku singkat. Aku kembali mencoba membuka bungkusan segi empat itu.

“hadiah apa nuna?” katanya lagi. Taemin mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Kulihat wajahnya yang bersemangat.

“hadiah dari temanku,” kataku lagi.

“ayo cepat buka!” katanya.

“jamkkanman~,” kataku sambil membuka kertas bungkusan itu pelan-pelan.

Taemin masih menatap tanganku yang sibuk dengan bungkusan itu.

“nuna lama~ biar aku saja!” katanya tiba-tiba, mencoba merampas bungkusan itu.

“aniyo!” bentakku. Aku jauhkan bungkusan itu dari jangkauan tangan taemin. Taemin masih berusaha meraih bungkusan itu.

“aku saja!” katanya sambil berusaha keras merampas lagi bungkusan itu dari tanganku.

“andwae!!”

BUGGH!

“aigo!!”

Tanganku yang berusaha menyingkirkan tangan taemin malah nyasar ke arah wajahnya. Taemin menutup mata kirinya sambil menunduk.

“aigo~~,” erangnya.

Aku langsung panik dan meletakkan bungkusan itu. Aku angkat wajahnya.

“taeminie, gwaenchanhayo?” ujarku cemas.

Taemin masih berusaha menutup wajahnya.

“aiish~~,”

“taeminie??”

Aku makin panik.

“sakit nuna~,” gumamnya.

“mian mian! Aku tak sengaja! Mianhae~!”

Mata taemin sudah berkaca-kaca. Sepertinya sakit sekali.

“mianhae~,” ujarku dengan nada menyesal, “sini, biar aku lihat dulu”

Aku menyingkirkan tangannya yang masih menutupi mata kirinya. Saat kulihat, mata kirinya sudah memerah. Aku jadi makin merasa bersalah.

“mianhae~~,” kataku sambil mengelus sekitar matanya.

“sakiit~,” erangnya. Airmata taemin sudah mulai mengalir.

“mianhaeyo~,” ujarku lagi, “biar aku coba tiup,” kataku.

Aku meniup mata kirinya pelan-pelan. Dia mengedip-kedipkan matanya yang terkena hembusanku.

“aigoo~,” erangnya lagi.

Setelah aku tiup, aku perhatikan matanya. Merah dan agak berair.

“mianhaeyo~,” ujarku sambil memegang wajah taemin.

“sakit nuna~,” keluhnya.

Aku mengusap-usap bagian di sekitar matanya yang merah, mencoba meringankan rasa sakitnya.

“begini tidak apa-apa? sakitkah?” tanyaku.

Taemin menggeleng. Sesekali aku tiup lagi matanya.

Taemin menyentuh bibirku dengan tangannya.

“wae?” tanyaku padanya.

“ani, aku hanya ingin menyentuh saja,” jawabnya pelan.

Aku biarkan saja dia dan terus memijit pelan daerah di sekitar matanya yang sakit.

“nuna, ppoppo mataku saja~,” ujarnya tiba-tiba.

Aku mendelik padanya.

“biar sakitnya hilang~,” rengeknya lagi.

“yang benar?” ujarku curiga.

Taemin menganguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Chu..

Aku cium matanya yang sakit.

Taemin langsung memelukku. Aku membalas pelukannya.

“mianhae~,” bisikku.

“gwaenchanhayo nuna, sakitnya sudah hilang karena sudah nuna ppoppo,” katanya dengan nada imut.

Aku tertawa mendengarnya. Kuelus-elus rambutnya yang halus.

“leher nuna wangi~,” katanya kemudian. Aku menghirup wangi tubuhnya.

“lehermu juga~,” kataku sambil melepaskan pelukan dan tersenyum padanya. Senyumnya sudah mengembang lagi.

“maafkan aku ya,” ujarku pelan padanya.

Taemin mengangguk lagi sambil tersenyum dan kami berpelukan lagi.

~~~

Aku sedang menonton televisi saat taemin datang padaku dan bertanya tentang pr-nya yang tak dimengertinya. Dan sekarang kami bertengkar. Salah dia juga yang tak mau mendengarkan kata-kataku, makanya aku marah.

“jelek!” ujarku ketus padanya.

Kerutan di kening taemin makin dalam.

“nuna juga jelek!” balasnya.

“kau itu sok pintar!!” kataku lagi.

“memang aku pintar!” belanya.

“dari mana kau tahu kau pintar? Apa buktinya?! Soal seperti ini saja kau tak bisa kerjakan! Pabo!”

Emosiku meledak dan tak bisa kutahan. “apa kerjamu di sekolah? Hanya bermain?? Apa kau kira uang sekolah tak mahal! Di mana otakmu, hah?? Anak sd pun pasti bisa mengerjakan soal seperti ini!”

Aku menyerangnya dengan kata-kataku. Sedikit keterlaluan sebenarnya.

Taemin langsung terdiam dan memandangku tak suka, matanya sudah mulai berair.

“memang aku pabo!!” kata taemin berang, airmatanya sudah mengalir, “PABOOOO!!!!”

Taemin memukul kepalanya dengan sekuat tenaga berkali-kali.

“ya!! Ya!! Apa yang kau lakukan??”

Aku mencoba menahan tangannya. Taemin menangis, melihatku.

“aku memang pabo, nuna! Aku tak berotak! Huwaa~~”

Airmata taemin bercucuran deras. Aku jadi kasihan melihatnya dan sedikit merasa bersalah.

“siapa yang bilang kau tak berotak?” tanyaku.

“nunaaaa~~~,” jawabnya.

“hah? Aku tak ada bilang seperti itu,” kataku cuek.

“nuna bilang tadi~~,” tangis taemin masih tak berhenti.

“kapan?”

“tadi!!! Huwaaa~~~,” isaknya makin keras. Aku jadi bingung antara mau tertawa atau malah kasihan padanya. Aku jadi memperhatikannya saja. Taemin menangis seperti anak kecil.

Kyeowo. Aku jadi ingin mengerjainya.

“kau itu cengeng sekali,” gumamku pelan, “kurasa tak ada namja yang cengeng sepertimu”

“jangan bilang begitu~~,” rengek taemin.

“memang kau cengeng! Itu kenyataannya!” gertakku.

Taemin menghirup napasnya dalam-dalam.

“aku benci NUNAAA~~~!! Huwaaa~~~!!”

Taemin berteriak sekuat tenaga. Aku benar-benar ingin tertawa, pancinganku berhasil. Tapi demi tak menghancurkan rencanaku, kuubah raut mukaku.

“kau membenciku?”

Sebisa mungkin aku ubah nada suara dan ekspresiku menjadi sedih.

“kau membenci nuna??” ujarku lagi. Aku berusaha mengumpulkan airmataku.

Taemin terdiam dan menatapku, matanya merah.

“ternyata benar kau membenciku. Mulai dari saat kau mendorongku dulu*) dan sekarang ini~,” gumamku. Aku menutup wajahku dengan tangan untuk melengkapi aktingku. Aku pura-pura menangis. “aku sedih sekali, taeminie~,” ujarku.

“nunaa~~ aniyo nuna~~ aku sayang nunaa~~~”

Taemin memelukku erat. Dia menangis lagi.

“aku sayang nunaa~~ jeongmal! Aku tak membenci nuna~~ mianhaeyo~~,”

Aku tersenyum dalam pelukannya. Dasar anak polos, batinku.

“kau bilang kau benci padaku~,” ujarku lagi.

“ani!! Aku salah! Aku tak benci nuna~ aku sayang nunaa~~”

Aku merasakan airmata taemin yang menetes ke tanganku. Aku jadi terharu. Adikku ini.. benar-benar yang terbaik.

Aku membalas pelukannya dan tersenyum.

“gwaenchanha, gwaenchanha~”

Aku menepuk-nepuk punggung taemin pelan.

“a-aku sayang nuna~,” isaknya.

“ne, aku tahu~”

Tanpa sadar airmataku mengalir. Benar-benar suatu anugrah aku memiliki dia. Adikku..

Aku menghapus airmataku.

“uljima~,” kataku padanya sambil mengusap-usap rambutnya.

Taemin mengangguk-angguk.

Kami melepas pelukan dan saling berpandangan. Wajah taemin sudah penuh dengan airmata. Aku lap ingusnya dengan ibu jariku.

“nuna sayang padaku?” tanyanya.

“manhi manhi,” ujarku sambil tersenyum.

“hehe~,” taemin tersenyum dan matanya menyipit. Sorot kebahagiaan terpancar di wajahnya. Manis sekali.

“ayo kerjakan pr-mu. Jangan menangis terus,” kataku.

“tapi nuna jangan marah-marah lagi~,” ujarnya pelan.

“hmm~ kalau kau bangkang mungkin aku marah,” ujarku padanya.

“tidak akan,” katanya sambil tersenyum.

Aku mengacak-acak rambutnya.

###

2 thoughts on “FF/S/Nuna’s Diary (page 19-21)

  1. Ah, Taem yg mana yg sakit sini tak poppo! Mata nya ? Hidungnya ? Atau bibirnya ? Sini sini dengan senang hati aku memberikan poppo buat mu .. hahahaha 😀

    Aish, itu si Taem sampe histeris gitu kaya anak TK gak di beliin mainan cuma gara2 di bilang pabbo. hahaha 😀

Leave a reply to maeila Cancel reply