FF/S/Nuna’s Diary (page 42-44)

= Nuna’s Diary =

Page: 42-44

Cast:

  • Nuna
  • Taemin

Genre: Family, Incest

= = =

“nuna!” tiba-tiba taemin berlutut di depanku. Badannya yang tinggi menghalangi pandanganku ke layar televisi.

“ya!! Sana!” kudorong badannya ke samping agar aku bisa melihat tv lagi.

“nuna! Dengarkan aku!” taemin meletakkan kedua tangannya di kedua sisi wajahku. Dia memaksaku melihatnya dan baru saat itulah aku sadar kalau wajahnya benar-benar serius.

“w-waeyo?” tanyaku sedikit takut. Wajah taemin dekat sekali.

“nuna, maukah jadi pacarku?”

Aku terkejut mendengar ucapannya. Kusipitkan mataku.

“kau gila? Sudah sana! Kau menghala—”

Ccuuuk~~

Taemin menekan bibirku dengan bibirnya. Mataku terbelalak lebar dan berusaha mendorong wajahnya, tapi tenaga taemin lebih besar. Dia makin mengeratkan tangannya yang menahan kepalaku.

“emh!! Emmh~~!!!” aku mencoba berbicara, tapi tetap saja tak ada suara yang keluar kecuali suara aneh yang berbunyi di dalam tenggorokanku. Mulutku terkunci rapat oleh bibirnya yang tebal itu.

Plakk!!

“apa yang kau lakukan?!!” bentakku setelah menamparnya keras. Aku menghapus sedikit liur yang menempel di ujung bibirku dan menatapnya dengan marah.

Seketika raut muka taemin berubah. Beberapa detik kemudian dia sudah menangis seperti anak kecil.

“huwaaa~~” isaknya, airmatanya bercucuran.

“yang harusnya menangis itu aku, tahu!” ujarku ketus, tapi tanganku sudah bergerak untuk menghapus airmatanya dari pipinya yang mulus, “kau ini kenapa sih!!” bentakku lagi, kali ini memandangnya dengan alis berkerut.

“nuna menolakku~~” rengek taemin.

“lalu kenapa kau kiseu aku secara tiba-tiba begitu?!!” bentakku.

“huwaaaa~~~” taemin menangis lagi.

“aiish~!!” aku melap airmatanya dengan kasar, “sudah, diam. Kau membuatku bingung kalau menangis terus!” ujarku. Aku terus menghapus airmatanya sampai isakannya berkurang.

“kau kenapa sih tadi?!” ujarku mengulang pertanyaanku tadi.

“memangnya aku salah meminta nuna jadi pacarku?” gerutu taemin dengan mata berkaca-kaca.

“tidak.” jawabku. Tapi mungkin sedikit aneh, sambungku dalam hati.

“tapi nuna menolakku~~” rengek taemin lagi.

“memangnya aku salah menolakmu?” ujarku balas bertanya.

“tapi setelah itu nuna menamparku!” belanya.

“itu karena kau kiseu aku secara tiba-tiba dan kau bahkan tak membiarkan aku bernapas!” balasku, temperamen-ku mulai naik.

“itu bukan kiseu, nuna! Tapi ppoppo!” mata taemin kembali berkaca-kaca.

“bukan kiseu kepalamu!!” bentakku kesal.

“huwaaa~~~~!!” taemin mulai menangis lagi.

Mana mungkin yang tadi itu bukan kiseu. Kalau aku tak menutup bibirku rapat-rapat, mungkin lidah taemin yang memaksa masuk sudah menjelajahi mulutku tadi itu.

Taemin terus menangis di depanku, isaknya terdengar keras dan dia tampak susah mengontrol napasnya. Ingusnya mengalir dari hidungnya yang kecil. Perasaanku langsung luluh melihatnya.

“mianhae sudah menamparmu.” ujarku, lagi-lagi menghapus airmatanya dan kulap ingusnya dengan ujung bajuku. Aku jadi merasa sedikit bersalah, pipi kiri taemin memerah karena bekas tamparanku. Taemin mengangguk lemah.

“apa aku benar-benar tak bisa jadi pacar nuna?” tanyanya lemah. Matanya sangat polos. Kurasa siapapun yang melihatnya sekarang akan susah berkata ‘tidak’. Siapapun, tapi bukan aku.

“tidak bisa. Aku nuna-mu.” ujarku tegas.

Pacar?? Yang benar saja? Dikiranya apa arti ‘pacar’ itu?!

Taemin menunduk dan airmatanya mengalir lagi, tapi dia tidak merengek. Itu semakin meluluhkan hatiku.

“tapi aku bisa jadi sahabatmu. Kau bisa menceritakan apapun padaku. Aku akan jadi sahabat yang baik untuk taeminie~” kataku lagi, sengaja memberikan tambahan ‘i’ di belakang namanya agar terdengar bersahabat. Sambil tersenyum, kuhapus airmata dari pipinya.

“jinjja?” tanya taemin dengan wajah polosnya.

“ne~~” jawabku dengan senyum lebar, ibu jariku mengelus pipinya. Taemin balas tersenyum padaku. Sangat imut wajahnya saat ini, tersenyum polos dengan pipi yang sedikit basah karena airmata dan mata yang berkaca-kaca.

“kalau begitu, nuna, aku boleh bertanya?” kata taemin.

“itu kau sudah bertanya.” ujarku sambil menahan senyum.

“aa~~ nunaa~~” rengeknya, tapi dia ikut tersenyum.

“baiklah. Kau mau tanya apa?” kataku, lagi-lagi mencubit pipinya, tak tahan dengan keimutannya.

“kalau jadi sahabat apa boleh kiseu?” tanyanya setengah meminta.

Oh, dia mulai memancing rupanya.

“tidak boleh.” jawabku tegas.

“ppoppo?” tanyanya lagi.

“ppoppo?” ulangku, “Ppoppo juga tidak boleh.”

“tapi biasanya ‘kan nuna ppoppo aku~~” rengek taemin.

Aku sedikit heran bagaimana bisa ada orang yang bahkan terlihat imut meski dalam pembicaraan aneh dan sedikit menjengkelkan seperti ini.

“ya sudah, kalau begitu ppoppo boleh.” ujarku dengan bosan.

“kalau ppoppo boleh kenapa kiseu tidak boleh? Bukankah sama saja?”

Anak ini…

Aku mulai kesal.

“kalau begitu ppoppo tidak boleh.”

“kenapa begitu?!” protes taemin.

“biar adil ‘kan?” jawabku singkat sambil menaikkan alis, “karena ppoppo dan kiseu hampir sama, jadi kalau kiseu tidak boleh, ppoppo juga tidak boleh.”

Taemin langsung memajukan bibirnya. Kurasa dengan begini aku bisa memberikan batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuknya.

“kalau begitu aku minta ppoppo saja” ujar taemin lemah sambil memberengut.

Nah, dia mengerti rupanya.

“begitu lebih bagus.” ujarku enteng sambil mengangguk-anggukkan kepalaku dengan cuek, “lagipula ppoppo dan kiseu ‘kan beda” tambahku lagi.

“apa bedanya?” ujar taemin pura-pura tak tahu.

“tak usah memancing, taeminie~” kataku sambil memencet pelan hidungnya, nadaku terdengar sedikit mengancam.

“baiklah. Ppoppo.” ujar taemin sedikit kesal, “ppoppo setiap malam, sebelum tidur.” tambahnya cepat.

“mwo?!”

“kalau tidak mau, aku akan kiseu nuna saat tidur.” Taemin mengeluarkan lidahnya.

“awas kalau kau berani-berani, taeminie!”

“aku berani! Nuna ‘kan tidak tahu kalau aku kiseu, nuna ‘kan sedang tidur.” ujar taemin cuek.

“akan aku kunci pintu kamarku.”

“akan aku buat kunci cadangannya. Hahaha.” Taemin tertawa menang. Tak ada nada gembira dalam tawanya itu, dia hanya mengucapkan ‘hahaha’ tanpa irama seperti sedang mengejekku .

Aku mencubit hidungnya.

“dasar anak nakal!”

Taemin malah nyengir.

“ppoppo, nuna~” pintanya kemudian.

“tidak. ini bukan malam dan kau belum mau tidur. Ingat perjanjian yang kau ucapkan tadi?” kataku tegas.

“aa~ ppoppo, nunaa~~” rengek taemin.

“shirheo”

“aa~ nyunyaa~~ ppoppo~~~” taemin merengek sambil memajukan bibirnya.

Lihat? Dengan tampangnya yang imut dan kelakuannya yang begitu, siapa yang bisa tahan?

Aku menghela napas panjang sambil melihatnya dengan pandangan bosan.

“baiklah, aku kalah darimu.”

Ccuk!

Aku menciumnya sekilas.

“ehehee~~” taemin langsung nyengir lebar.

“kau anak kecil nakaal~~!” kataku sambil mencubit pipinya dengan gemas.

“aku dan nuna hanya beda enam bulan.” Taemin mengingatkanku dengan wajah yang polos. Aku menatapnya setelah dia berkata seperti itu.

“baiklah, aku kalah lagi.” kataku sambil menaikkan bahu dan tersenyum. Taemin langsung tertawa.

“nuna saranghaee~~” tiba-tiba taemin memelukku erat-erat. Aku sedikit terkejut tapi kemudian mengelus bagian belakang kepalanya.

“nado..” ujarku.

Kami tetap berpelukan setelah itu, saling berbagi kasih sayang lewat pelukan hangat itu.

“nuna..” panggil taemin.

“hm?”

Taemin tertawa kecil sebelum melanjutkan kata-katanya, “dada nuna terasa.”

“YAA!!!!”

###

2 thoughts on “FF/S/Nuna’s Diary (page 42-44)

Leave a reply to Dhiiny Cancel reply